Jumat, 11 Mei 2012

KEHIDUPAN DUNIA, ALTERNATIF, DAN TANGGUNG JAWAB


KEHIDUPAN DUNIA, ALTERNATIF, DAN TANGGUNG JAWAB

                        Ada tiga jenis tingkatan kehidupan yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya yaitu (kehidupan  nabati tumbuh-tumbuhan), Kehidupan hewani (binatang) , dan kehidupan insani (manusia). Ketiga jenis kehidupan ini masing-masing memiliki karakteristik dan spesifikasi tersendiri. Ketiga-tiganya ada kesamaan tapi ada perbedaannya.  Kehidupan tumbuhan (hayatun nabati) bisa tumbuh dan berkembang tapi tidak bisa berpindah-pindah tempat sendiri. Kehidupan hewani (binatang), bisa tumbuh, berkembang biak, berpindah-pindah ke mana saja ia kehendaki. Sedangkan kehidupan insani merupkan tingkat kehidupan yang paling tinggi, dia bisa tumbuh, berkembang biak, dan bepergian ke mana-mana. Sampai di situ, kehidupan hewani memiliki kesamaan dengan kehidupan insani. Namun ada ciri khas yang membedakan yang membuat derajat kehidupan manusia lebih tinggi daripada hewan,  yaitu adanya nurani dan kesadaran berpikir. Apabila  manusia tidak memiliki nurani dan kesadaran untuk berpikir, maka  derajatnya tidak akan  jauh berbeda dengan hewan. DI atas kehidupan mansuia itu masih ada tingkat kehidupan yang Mahaluhur dan  Mahasempurna yaitu “AL Hayyu” Allah SWT  Yang Maha Hidup.  
            Kita cukup memaklumi bahwa dunia ini bukanlah sebuah tempat tinggal kita untuk selamanya. Dunia adalah terminal tempat perhentian sementara. Kita berasal dari tiada kemudian ada digelar kedunia lalu kembali akan lenyap meninggalkan alam fana ini. Kita sudah mempunyai sebuah rangkaian perjalanan hidup yaitu dari alam arwah, alam rahmi, alam dunia, kemudian kita akan memasuki alam barzah dan alam akhirat. Itulah etafe perjalanan yang sudah, sedang, dan akan kita lalui. Setiap etafe terdapat terminal perhentian sementara sebelum kita sampai kepada tujuan akhir yaitu hari perhitungan (Yaumul Hisab) sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT>
            Tumbuhan, hewan, matahari, bumi dan seluruh palnet di alam jagat raya ini adalah makhluk fisik yang mau tidak mau harus tunduk dan patuh  kepada aturan Sang Pencipta atau sunnatullah.  Tumbuhan dan hewan hanya patuh dan tunduk kepada apa-apa yang ditentukan oleh penciptanya. Sebatang pohon tumbuh, bercabang, berdaun, berbuah, semuanya terjadi karena kehendak Sang Maha Pencipta., tidak bisa pohon itu menolak kehendak Allah. Seekor  hewan lahir, tumbuh, berkembang biak, sesuai dengan ketentuan Allah, tidak bisa menolak dan menyangkalnya. Di situlah letak “keislaman”  makhluk-makhluk Allah selain manusia. Dalam Al Qur’an  Surat Ali Imran 83  Allah berfirman:  


Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri (Islam-Pen.) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

Lebih jelas diterangkan dalam Surat Ar Ro’d ayat 15 :

Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.
            Karena mansuia  diberi hak  kebebasan alternatif oleh Allah, maka dia kadang-kadang tunduk patuh, pasrah, menyerah kepada aturan-aturan Allah tetapi terkadang dia menginngkarinya. Mencari alternatif-alternatif itulah yang disebut dengan ikhtiyar - dari kata  Khoyaro  bahasa Arab - yang artinya memilih. Oleh karena itu  kebaikan   dalam bahasa Arab disebut al khoir ( yang selalu dipilih) karena kebaikan itulah yang senantiasa menjadi pilihan bagi manusia yang memiliki  hati nurani dan akal pikiran.  Manusia akan memilih sehat daripada sakit, memilih selamat daripada celaka, memilih kaya daripada miskin, memilih terhormat daripada terhina dan sebagainya.
            Supaya manusia taidak salah pilih, maka Allah membaearaikan alat berupa pancaindera dan hati nurani kepada manusia. Perhatikan SUrat Al Balad ayat 7 – 15 
8. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
9. lidah dan dua buah bibir.
10. dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan[1578],
11. tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
12. tahukah kamu Apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
14. atau memberi Makan pada hari kelaparan,
15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,

                Allah menunjukkan dua jalan, yaitu  jalan ketakwaan dan kebaikan yang berujung kepada kebahagiaan, dan jalan kejelekan dan kefasikan yang berujung kepada kesengsaraan dan penyesalan. Pilihan itulah yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan  Al Hakim Al Adlu , Hakim Yang Maha Adil. 
            Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah kepada kita untuk memilih jalan yang lurus. Amiin.
           






           










Tidak ada komentar:

Posting Komentar