KEHIDUPAN DUNIA,
ALTERNATIF, DAN TANGGUNG JAWAB
Ada
tiga jenis tingkatan kehidupan yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya yaitu (kehidupan
nabati tumbuh-tumbuhan), Kehidupan
hewani (binatang) , dan kehidupan
insani (manusia). Ketiga jenis kehidupan ini masing-masing memiliki
karakteristik dan spesifikasi tersendiri. Ketiga-tiganya ada kesamaan tapi ada
perbedaannya. Kehidupan tumbuhan (hayatun nabati) bisa tumbuh dan
berkembang tapi tidak bisa berpindah-pindah tempat sendiri. Kehidupan hewani (binatang), bisa
tumbuh, berkembang biak, berpindah-pindah ke mana saja ia kehendaki. Sedangkan kehidupan insani merupkan tingkat
kehidupan yang paling tinggi, dia bisa tumbuh, berkembang biak, dan bepergian
ke mana-mana. Sampai di situ, kehidupan hewani memiliki kesamaan dengan
kehidupan insani. Namun ada ciri khas yang membedakan yang membuat derajat
kehidupan manusia lebih tinggi daripada hewan, yaitu adanya nurani dan kesadaran berpikir. Apabila manusia tidak memiliki nurani dan kesadaran untuk
berpikir, maka derajatnya tidak
akan jauh berbeda dengan hewan. DI atas
kehidupan mansuia itu masih ada tingkat kehidupan yang Mahaluhur dan Mahasempurna yaitu “AL Hayyu” Allah SWT Yang
Maha Hidup.
Kita
cukup memaklumi bahwa dunia ini bukanlah sebuah tempat tinggal kita untuk
selamanya. Dunia adalah terminal tempat perhentian sementara. Kita berasal dari
tiada kemudian ada digelar kedunia lalu kembali akan lenyap meninggalkan alam
fana ini. Kita sudah mempunyai sebuah rangkaian perjalanan hidup yaitu dari alam arwah, alam rahmi, alam dunia,
kemudian kita akan memasuki alam barzah
dan alam akhirat. Itulah etafe perjalanan yang sudah, sedang, dan akan kita
lalui. Setiap etafe terdapat terminal perhentian sementara sebelum kita sampai
kepada tujuan akhir yaitu hari perhitungan (Yaumul Hisab) sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT>
Tumbuhan,
hewan, matahari, bumi dan seluruh palnet di alam jagat raya ini adalah makhluk
fisik yang mau tidak mau harus tunduk dan patuh
kepada aturan Sang Pencipta atau sunnatullah. Tumbuhan dan hewan hanya patuh dan tunduk
kepada apa-apa yang ditentukan oleh penciptanya. Sebatang pohon tumbuh,
bercabang, berdaun, berbuah, semuanya terjadi karena kehendak Sang Maha
Pencipta., tidak bisa pohon itu menolak kehendak Allah. Seekor hewan lahir, tumbuh, berkembang biak, sesuai
dengan ketentuan Allah, tidak bisa menolak dan menyangkalnya. Di situlah letak
“keislaman” makhluk-makhluk Allah selain
manusia. Dalam Al Qur’an Surat Ali Imran
83 Allah berfirman:
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama
Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri (Islam-Pen.) segala apa yang di
langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah
mereka dikembalikan.
Lebih
jelas diterangkan dalam Surat Ar Ro’d ayat 15 :
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.
Karena mansuia diberi hak kebebasan alternatif oleh Allah, maka dia
kadang-kadang tunduk patuh, pasrah, menyerah kepada aturan-aturan Allah tetapi
terkadang dia menginngkarinya. Mencari alternatif-alternatif itulah yang
disebut dengan ikhtiyar - dari
kata Khoyaro bahasa Arab - yang artinya memilih. Oleh karena
itu kebaikan dalam bahasa Arab disebut al khoir ( yang selalu dipilih) karena
kebaikan itulah yang senantiasa menjadi pilihan bagi manusia yang memiliki hati nurani dan akal pikiran. Manusia akan memilih sehat daripada sakit,
memilih selamat daripada celaka, memilih kaya daripada miskin, memilih
terhormat daripada terhina dan sebagainya.
Supaya manusia taidak salah pilih,
maka Allah membaearaikan alat berupa pancaindera dan hati nurani kepada
manusia. Perhatikan SUrat Al Balad ayat 7 – 15
8. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
9.
lidah dan dua buah bibir.
10. dan
Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan[1578],
11.
tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
12.
tahukah kamu Apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
13.
(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
14.
atau memberi Makan pada hari kelaparan,
15.
(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
Allah
menunjukkan dua jalan, yaitu jalan
ketakwaan dan kebaikan yang berujung kepada kebahagiaan, dan jalan kejelekan
dan kefasikan yang berujung kepada kesengsaraan dan penyesalan. Pilihan itulah
yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan
Al Hakim Al Adlu , Hakim Yang Maha Adil.
Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan hidayah kepada kita untuk memilih jalan yang lurus. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar